21 November 2008

MENJADI WAKIL RAKYAT ATAU NGAKALI RAKYAT

Sepanjang mata memandang saat kita melintas di jalan raya, bahkan saat berjalan di lorong gang-gang di seantero nusantara, kita akan menyaksikan sejumlah baliho, banner-banner atau stiker para caleg terpampang dengan berbagai pesona kata-kata manis merayu para pemilih. Nampaknya daya tarik untuk menjadi calon legislatif demikian besarnya, karenanya berbagai cara dilakukan untuk dapat memenuhi syarat sebagai calon legislatif, tak peduli dengan memalsukan data termasuk ijazah dan keterangan lain. Beruntung kejelian KPU dan KPUD mampu mengendus muslihat para caleg yang berniat memanipulasi data dan menggunakan ijazah aspal.

Islam mengajarkan bahwa setiap insan adalah pemimpin dan setiap pemimpin kelak akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut. Pimpinan yang paling kecil adalah pemimpin dalam keluarga, sebelum seseorang akan dijadikan sebagai pemimpin dalam masyarakat indikator keberhasilannya dapat dilihat dari sejauhmana seseorang itu mampu menjadi imam dalam keluarga, mampu mengajarkan amar ma'fruf kepada lingkungan terdekatnya.

Bagaimana mungkin seseorang akan mampu membawa kemaslahatan bagi masyarakat luas, jika dalam lingkup terkecilnya saja tidak mampu memberikan suri tauladan yang baik. Sudahkah anak dan isteri atau suami memperoleh hak nya secara benar?

Dalam hal ini falsafah jawa yang mengajarkan bila memilih pasangan hidup lihat dulu BIBIT, BOBOT dan BEBET nya menjadi benar dan perlu dijadikan acuan bagi kita sebelum menentukan pilihan kepada seorang pemimpin. Apakah orang yang kita pilih ini berasal dari keluarga yang baik dan baik-baik, apakah dia memiliki kompetensi yang cukup untuk memikul sebuah beban tanggung jawab sehingga amanah atas kepemimpinannya kelak, selanjutnya bagaimana dengan latar belakang perjalanan hidupnya?

Kekhawatiran banyak pihak berkaitan dengan kemunculan partai yang secara otomatis melahirkan ribuan caleg tentang keterpihakan kepada rakyat kecil nampaknya perlu juga dijadikan telaah positif bagi para caleg kelak. Atau jangan-jangan hanya karena tawaran kehidupan mewah dengan fasilitas celebritas semata yang membuat para pelamar caleg ini membludag, sehingga secara matematis seorang caleg memiliki hitungan atas biaya yang nanti harus didapat saat telah terpilih menjadi wakil rakyat.

Banyaknya para wakil rakyat yang memperoleh rampasan dan pemalakan serta penyuapan atas upaya kinerjanya sebagai pembuat undang-undang adalah sebagai bukti bahwa ternyata ada dusta diantara kita. Karena keterpihakan kepada rakyat sebagai pemilih telah dikhianati dan dikotori dengan akhlak dan moral yang bejat, yang hanya mementingkan pribadi dan golongannya semata.

Dan ini sebuah bukti bahwa keserakahannya adalah karena sang wakil rakyat hendak mengembalikan modal yang telah dikeluarkan saat pemilu lalu dengan berbagai cara dalam periode tertentu. Namun yang lebih jahat lagi adalah bila keserakahan itu dilahirkan oleh caleg yang terpilih tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, tapi karena nasib baik dan popularitas seseorang yang berdampak kepada partainya, sehingga secara otomatis dia terpilih, sebagaimana pemilu 2004 yang lalu....... ada partai yang mengibarkan bendera saja malu-malu tapi memperoleh kursi yang amat sangat signifikan, hanya karena kemunculan sang tokoh pada waktu dan tempat serta situasi yang tepat.

Haruskah kita terjerumus kepada lembah kemiskinan yang semakin dalam? Ironis bila di negeri yang gemah ripah loh jinawi, negeri yang kaya dengan sumber daya alamnya ini masih kedapatan seorang anak yang bunuh diri karena malu tidak mampu membayar uang sekolah. Padahal sang kepala negara telah menyerukan sekolah gratis! Ironis bila masih ada warga masyarakat yang tinggal di ujung landasan pesawat dari luar negeri menderu-deru melewati atap rumahnya, tapi sepanjang hari masih repot mencari beras, sehingga rela makan nasi aking bahkan barangkali dengan lauk pauk dari makanan bekas hotel itu.

Dimana wakil rakyat itu berada? mana janji politik saat kampanye dulu? Dan jujur sampai dengan saat ini saya sebagai pemilih belum merasakan manfaat keberadaan wakil rakyat yang mewakili daerah pemilihan saya. Perda-perda yang muncul pun tak pernah menyentuh dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat, jalan macet, biaya sekolah mahal, transportasi tidak nyaman, lampu jalan banyak yang mati, jalan banyak yang bolong, selokan sebagai penampung air mampet dan bau, biaya birokrasi untuk pengurusan KTP, KK dan lain-lain masih tetap ada, kualitas pendidikan tak jelas, memilih dan melanjutkan sekolah susah mahal pula.

Masih begitu banyak pekerjaan wajib yang belum dan tidak tersentuh oleh wakil rakyat. apakah ini yang disebut wakil rakyat atau sebenarnya ngakali rakyat? wallaahu a'lam!


20 November 2008

AKBAR TANJUNG JOKER 2009

Persyaratan 20% suara bagi kandidat parpol yang hendak mengusung Capres pada pilpres 2009 nanti bukanlah syarat ringan bagi peserta pemilu medio april 2009 nanti, tak peduli PDIP, Golkar atau Demokrat maupun P-3 yang merasa paling aman memperoleh tiket itu. Partai pendatang baru dengan sosialisasi sepanjang waktu telah mampu merebut simpati rakyat, meski baru dalam tahapan akrab dan merasa tak asing atas kehadirannya dan perolehan suaranya masih harus diuji dalam pertempuran nanti. Meski begitu boleh jadi kehadiran partai-partai ini dapat menjadi batu sandungan bagi pemain lama dan partai besar yang ada.

Pesona capres pun telah disebarkan melalui media dengan berbagai cara dan model dan sudah barang tentu dengan biaya yang jumlahnya aduhai.... besarnya. Berharap mendapat respon positif dari pemirsa yang jumlahnya juga jutaan jiwa. Dari sekian banyak iklan yang muncul kini tinggal seorang capres yang masih tetap mengumandang di beberapa station televisi, yakni Prabowo Subiakto. Lainnya sudah mulai kendur bahkan salah satu calon dari "kalangan Muda' telah mengibarkan bendera putih pertanda menyerah sebelum genderang perang dimulai Rizal Malarangeng. Wiranto, SBY dan Sutrisno Bachir nampaknya juga mulai mengendur tayangan iklannya, entah apa alasannya, yang pasti adalah faktor dana. Karena buat sekali tayang di media elektronik dengan durasi yang amat singkat itu, kocek yang dikeluarkan setara dengan nilai Avanza.

Namun yang pasti siapapun presidennya tokoh yang bernama Akbar Tanjung adalah merupakan sosok joker yang pas dibawa kemana pun dan oleh siapapun. Ketenangan dan pengalaman berpolitiknya menjadikan sosok AT perlu dijadikan sosok alternatif sebagai pendamping bagi sapapun yang hendak mencalonkan diri sebagai capres kelak.

Selanjutnya marilah kita berandai-andai:
SBY-AT merupakan pasangan yang dapat saling memberi dukungan, SBY yang flamboyan dan selalu dikisruhi oleh Senayan dengan menggandeng AT sudah dapat dipastikan hingar bingar legislatif dapat diredam. Kepiawaian AT telah terbukti untuk hal ini. Akan tetapi apakah JK rela melepas akar beringin yng kadung melilit di tubuhnya dan nampaknya JK merasa aman dengan posisi wakil saat ini, selain untuk memperoleh RI-1 memang sangatlah naif.

Wiranto-AT sebuah pasangan yang pas antara sipil-militer, ketegasan Wiranto sebagai seorang militer dikombinasikan dengan politikus flamboyant sekelas AT adalah pasangan masa depan yang cocok untuk memimpin republik dengan sejuta pilkada yang selalu kisruh dan bernuansa politis. Tapi apakah tiket 20% bisa didapat oleh Wiranto? nampaknya perlu perjuangan keras dan berat!

Prabowo-AT merupakan alternatif yang sungguh dinamis, jiwa patriotis dengan ketegasan dan disiplin militer berpadu dengan aktifis gaek dengan sejuta pengalaman sebagai birokrat dan komandan parlemen adalah dua sosok pasangan yang diharapkan mampu merubah macan Asia yang sebenarnya bukan macan ompong! Namun kembali prasyarat 20% ini pun menjadi ganjalan dan butuh pembuktian seberapa besar GERINDRA mampu membuktikan dalam perhelatan pada pemilu legislatif nanti!

Sotiyoso-AT mengapa tidak? Pengalaman memimpin Ibukota Negara dalam beberapa periode pada masa lima presiden merupakan pengalaman yang perlu diperhitungkan. Jakarta sebagai miniatur Indonesia selama kepemimpinannya relatif aman terkendali. Dan jika Tuhan merestui pasangan ini boleh jadi merupakan duet yang saling mengisi satu sama lain. Tapi sayang sampai dengan saat ini Sutiyoso nampaknya masih malu-malu dan tidak terus terang mengungkapkan keinginannya, ditambah lagi dengan dukungan partai baru yang nampaknya terlalu berat untuk memikul beban 20% itu.

Beberapa nama seperti Sultan HB X, Megawati Soekarnoputeri meski partainya mampu mempersembahkan 20% atau kurang sedikit barangkali 18%, namun untuk menduduki RI-1 nampaknya agak sulit untuk mendapatkan dukungan rakyat secara luas. Hal ini bukan maksud mendahului kehendak Tuhan, tapi prediksi ini boleh jadi benar.

Dengan demikian maka posisioning bung Akbar memang sangatlah menguntungkan dalam percaturan wapres pada pemilu presiden nanti! Namun siapapun presidennya buat rakyat kecil pada hakekatnya amat sangat sederhana asal terpenuhi tiga kebutuhan pokoknya saja; pertama hidup aman, kedua sembako murah dan ketiga bisa menyekolahkan anak dengan biaya semurah mungkin, maka rakyat akan diam seribu bahasa.

Ga peduli mau dipilih lewat bilik suara atau suruh orang nyoblosin, mau bentuk negeri ini NKRI, Kerajaan atau Negara bagian....... ga penting asal ketiga syarat itu terpenuhi. Rakyat sudah lelah dengan aneka macam drama pilkada, pilleg dan pilpres.

Bung Akbar mampu menyelesaikan semua itu ga peduli berpasangan dengan siapa saja!


12 November 2008

PONDOK GEDE SENTRA PENGRAJIN BAMBU

Pak tinggal dimana? demikian sapaan seseorang kepada om saya pada suatu hari, lalu dijawab di Pondok Gede, tepatnya Jatiwaringin kata om saya, waah tempat jin buang anak ya pak.. timpal si penanya lagi.

Kesan orang kepada Pondok Gede saat itu adalah sebuah desa yang jauh dari sentuhan modernisasi ibukota, meski jarak tempuh dari Pondok gede ke Jakarta tak lebih dari tiga kilometer saja, dan angkutan opelet Ciplak-Jatiwaringin merupakan satu-satunya angkutan umum yang membawa warga pendatang yang saat itu bekerja di Jakarta, atau warga Jatiwaringin yang hendak ke Jatinegara untuk sekedar belanja kain. Kenyataannya memang demikian, pada tahun tujuh puluhan sampai dengan tujuh puluh limaan nama Pondok gede memang terkesan amat jauh.

Baru pada tahun tujuh puluh tigaan dengan dibangunnya pesantren As-Syafi'iyah dan menyusul didirikannya Miniatur Indonesia atau Taman Mini Indonesia Indah, nama Pondok gede mulai dkenal oleh masyarakat di nusantara ini. Dan nilai jual tanah yang semula hanya sekitar sepulu ribuan rupiah saja per meter persegi beranjak naik.

Ada sebuah keahlian yang dimiliki oleh masyarak asli Pondok gede pada saat itu adalah keahlian membuat alat rumah tangga dari bambu berupa besek, alat menanak nasi sampai dengan membuat kurungan atau kandang burung. Orang Jatiwaringin menyebutnya dengan 'nyirat'. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya warga pendatang yang mulai menghuni dan menjadi warga setempat, kemampuan dan keahlian menyirat itu mulai hilang terlindas oleh kemajuan teknologi. Generasi muda yang memiliki keahlian membuat kurungan mulai beralih ke tukang batu atau bangunan karena kondisi pembangunan sangat marak sementara tenaga kerja untuk itu masih sangat minim, sehingga kebiasaan membuat kurungan dan besek pun mulai ditinggalkan.

Kini, Pondok gede telah berkembang menjadi kota satelit karena sebagai kota penyangga ibukota dan sulit menemukan seorang perempuan sambil duduk dan tangannya lincah menyulam siratan bambu atau seorang Botin yang membuat sebuah sangkar burung di bawah rindangnya pohon rambutan yang mulai memerah.

Adalah sebuah kewajiban bagi wakil rakyat atau pemerintah daerah untuk kembali membangun semangat mandiri masyarakat dengan sentuhan profesionalisme dari kemampuan alamiah warga Pondok gede dalam mewujudkan masyarakat berkemampuan ekonomi dan mandiri melalui keterampilan yang dimiliki secara turun temurun ini.

Kalau dulu kemampuan menyirat bambu ini hanya sebatas membuat besek, maka kini mulai dialihkan kepada hal-hal yang lebih memiliki nilai jual dan kebutuhan masyarakat luas seperti tempat bawaan untuk akad nikah atau souvenir cantik dari bambu dan membuat sangkar burung dengan motif-motif menarik lain.

Masyarakat Betawi yang tinggal di Pondok Gede pada dasaarnya adalah masyarakat yang mandiri dan agamis, sehingga dengan pemberdayaan ketrampilan secara khusus ini diharapkan mereka mampu mencukupi kebutuhan hidupnya dengan lebih layak dan manusiawi.

Pemda dan pemerintah setempat sudah saatnya memikirkan tumbuhnya ekonomi mikro pada sentra-sentra desa dengan karakteristik dan keahlian serta kekayaan alam dan sumber daya manusia yang sesuai dengan kemampuan dan kekuatan alam dan masyarakat. Mereka perlu dibangunkan dengan kekuatan dan kemampuan diri yang pada dasarnya adalah merupakan potensi alamiah yang belum tergali secara baik.

Langkah berikutnya Pemda harus menyiapkan sebuah lahan sebagai show room bagi hasil karya masyarakat setempat, bahkan bila perlu turut memasarkan hasil produk warganya. Janganlah setelah manis sepah dibuang, atau dengan kata lain Pilkada atau Pemilu usai, rakyat dibiarkan merana dan tetap saja pada aroma kemiskinan.

Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, tanpa upaya dan usaha keras dari kaum itu sendiri. Aparatur Negara baik Eksekutif maupun Legislatif harus lah memusatkan segala daya pikiran untuk kemajuan masyarakat pemilih atau mewakili daerah pilihannya secara konsekuen. Jangan hanya memikirkan pribadi dan golongannya, sehingga rakyat terlupakan!

Bila pembangunan ekonomi rakyat terjadi, maka kemakmuran suatu daerah akan terwujud, akibat logis berikutnya adalah tingkat kriminalitas secara otomatis akan dapat terminimalisir, pendidikan warganya dapat dilalui dengan sempurna, sehingga kemampuan akademis masyarakat meningkat berakibat kepada kecerdasan anak bangsa pun meningkat. Dan bangsa ini menjadi bangsa terdidik yang mengerti akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Pondok Gede, 13 November 2008
Hayat Zainuni, SH
Caleg DPRD Kota Bekasi PSI (43) untuk DAPIL V

CERDASKAN PEMAHAMAN POLITIK RAKYAT


Kemenangan Obama pada pilpres di negara adi daya Amerika, seyogyanya memberikan inspirasi kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk berkaca diri dan belajar tentang arti dan makna demokrasi secara komprehensif. Mengapa? Karena negara dengan multi etnis dan budaya ini mampu menerjemahkan arti kekalahan dan kemenangan secara obyektif dan nyata bukan sekedar kata-kata.

Indonesia dengan budaya dan etnis yang beraneka nyaris tak beda dengan Amerika, bedanya hanya pada tingkat pengendalian emosi baik rakyat maupun pejabat dan kandididat pejabatnya. Reformasi sebagai jembatan menuju perubahan bangsa ternyata cuma sekedar retorika tak pernah menjadi nyata. Kemerdekaan republik yang telah mencapai usia 63 tahun juga tak memiliki arti bagi rakyat dalam menikmati makna kemerdekaan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.

Hak dan kewajiban komponen bangsa seolah tak pernah terdongkrak ke permukaan, dan pada akhirnya seringkali rakyatlah menjadi korban dari kebijakan-kebijakan yang lahir dari perdebatan sarat makna kepentingan dan politis. Dari kebijakan tersebut pada akhirnya rakyat hanya disodorkan kepada arti kewajiban semata tanpa diberi pengertian tentang makna hak yang seharusnya didapatkan.

Iklan pajak dikemas dalam balutan bahasa yang cantik dan elok, namun sayang tidak dibarengi dengan peruntukannya, sementara lampu-lampu dan kondisi jalan dan sarana publik lain sebagai kebutuhan yang mendasar yang seharusnya adalah merupakan hak dari rakyat sebagai wajib pajak saat ini amatlah jauh dari harapan.

Pelayanan publik yang juga adalah merupakan kebutuhan amat mendasar bagi rakyat, sejauh ini baru sampai pada tempelan di dinding-dinding kantor saja atau lips services. Aparatnya masih juga memiliki paradigma lama "Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah". Tampang dan wajah pelayan publik pun umumnya menunjukkan wajah yang tidak bersahabat, mereka akan bersahabat jika ditangan pengguna pelayanan publik nampak sebuah pengharapan berupa imbalan.

Sebagian besar diantara para petugas pelayan publik (pegawai negeri) dari tingkat terendah Kelurahan, Kecamatan, Imigrasi, Pengadilan bahkan Kepolisian dan semua lembaga pelayanan pemerintah yang berpikiran masih enak jaman dulu banyak "sabetannya", yang berarti penghasilan tambahan diluar gaji resmi jsuteru boleh jadi lebih banyak. Sehingga kita seringkali menyaksikan petugas sekelas dan golongan II b saja sudah mampu mengendarai kendaraan roda empat dengan merek yang tak sepadan dengan penghasilan resmi bulanannya.

Padahal hakekatnya pejabat publik dan seluruh aparat pemerintah adalah merupakan seorang pelayan bagi rakyatnya. Dan mereka tak ubahnya seperti mbok Parti yang bekerja di rumah juragan Zainuni yang menggaji dan membayarnya setiap bulan dengan memberikannya hak libur pada setiap minggunya.

Masyarakat perlu dibukakan matanya untuk dapat mengerti tentang makna hak dan kewajiban secara utuh. Sehingga ketika haknya tidak terpenuhi secara baik oleh pejabat publik (pegawai negeri) yang hakekatnya adalah sama dengan mbok Parti, mereka dapat menyampaikan rasa ketidak puasannya (complaint) terhadap aparat yang tidak menjalankan fungsi pelayanan secara baik.

April 2009 adalah merupakan momentum penting bagi warga negara untuk menentukan arah kebijakan pemerintah dengan segala tingkatannya. Hendaknya para wakil rakyat terpilih tidak terlena dengan kekuasaan yang diperolehnya. Janji-janji yang terlontar pada saat menjelang pemilihan harus menjadi catatan penting yang setiap saat selayaknya dibawa, sehingga tidak terlupakan.

Rakyat pemilih selayaknya diberikan pengertian dan pemahaman tentang makna hak dan kewajiban secara benar. Hak dasar warga negara seperti pendidikan dan kesehatan serta kesejahteraan adalah merupakan masalah pokok yang wajib diperjuangkan secara ikhlas. Janganlah membodohi rakyat hanya sekedar untuk mendapatkan kedudukan semata, karena sebenarnya kedudukan dan jabatan itu kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan.

Kalah dan menang adalah merupakan sebuah resiko dalam suatu pertandingan. Juri dan pemain hendaklah memerankan fungsinya secara adil dan sportif, sehingga semua pihak merasa terlindungi oleh keadilan dan kesetaraan. Bagi rakyat pemilih hendaknya memilih atas dasar kompetensi dan pemahaman yang mendalam terhadap calonnya, bukan atas dasar materi dan iming-iming yang merusak perilaku pejabat.

Kemenangan Obama sebagai calon yang terpilih Presiden di negeri Paman Sam adalah merupakan pelajaran terbaik bagi bangsa yang besar dengan multi etnis dan budaya ini. Artinya memang Obama Husein Barack adalah merupakan warga negara terbaik yang selayaknya memimpin negeri adi daya itu, tak peduli darimana dia berasal. Dan Mc Cain sebagai pesaing utamanya mampu menerima kekalahan dengan memberi ucapan selamat kepada Obama dengan senyuman. Dan saya yakin Mc Cain akan datang ke Istana Negara (gedung putih) saat peringatan hari kemerdekaan AS kelak.


14 Oktober 2008

TEKNIK MEMILIH CALEG BAGI RAKYAT


Memilih merupakan suatu perbuatan yang sangat menyenangkan dan boleh jadi menyulitkan! Memilih pada dua pilihan yang memiliki perbedaan yang nyata tentu sangat mudah untuk menentukannya. Akan tetapi saat kita dihadapkan pada dua pilihan yang memiliki standar yang sama dan bahkan tak jauh berbeda atau mungkin sama sekali tak ada perbedaan signifikan diantara keduanya, maka hal ini bukanlah hal mudah.

Ajaran Islam mengajarkan bila kita sulit menentukan pada dua pilihan, maka dianjurkan untuk istikharah yakni dengan melakukan shalat dua rakaat lalu mohon petunjuk kepada Nya agar ditentukan satu pilihan yang pasti untuk selanjutnya bersama pilihan itu kita melangkah.

Lebih rinci Islam mengajarkan pilihan dalam menentukan pemimpin tersirat saat kita menentukan imam dalam shalat. Dari sana penggambaran menentukan imam shalat sangat demokratis dan bertanggung jawab. Bila kita menentukan imam shalat, maka yang terlebih dulu kita pilih adalah seseorang yang memiliki bacaan fasikh, usianya lebih tua, pengetahuannya agamanya yang tertinggi diantara jamaah yang ada. Jika syarat itu didapati dalam jamaah, maka dorong dia jadi imam untuk memimpin ibadah shalat.

Jika dalam satu jamaah itu tidak kita temui, maka cari mereka yang bacaannya fasih, ilmunya cukup baik diantara jamaah yang ada. Bila kualifikasi itu ada dua maka cari diantara mereka berdua yang usianya lebih senior atau lebih tua, namun apabila yang lebih tua mempersilahkan kepada yang lebih muda maka dia pun memiliki hak dan kewajiban untuk maju sebagai imam.

Demikian demokratisnya Islam dalam menentukan seseorang dalam memimpin. Dan ketika imam yang kita tunjuk melakukan sebuah kesalahan (dalam bacaan, lupa jumlah rakaat), maka ma'mum dibelakangnya menegurnya dengan cara yang sama dan ucapan yang sama yakni "SUBHANALLAAH", dan sang imam pun menerima teguran tersebut lalu menuruti kehendak ma'mum di belakangnya tanpa protes.

Dan ketika sang imam melakukan kesalahan besar yang karena kesalahannya sehingga membatalkan shalat, maka seluruh jamaah tidak perlu membatalkan shalatnya dan mengulang kembali ibadah shalatnya dengan shlat baru, akan tetapi cukup mengganti sang imam saja dengan jamaah yang berdiri dibelakang sang imam dengan tetap melanjutkan shalat hingga usai.
Indah benar ajaran itu.

Lalu bagaimana dengan cara kita memilih Calon Legislatif yang dalam hitungan bulan akan dilaksanakan? Sebaiknya ikuti pola dan sistem yang terjadi dalam kita melaksanakan shalat.
Cari dan pilih Caleg yang memiliki kapabilitas, jiwa kepemimpinan, komitmen membela rakyat, dan mampu mengendalikan nafsu keserakahan dari jabatan yang dipikul.

Peluang itu ada pada rakyat! karena kita memiliki hak pilih dalam menentukan siapa yang berhak menduduki kursi anggota dewan yang terhormat! Untuk itu mari kita pilih yang terbaik diantara yang ada. Jangan tergoda oleh bujukan dan rayuan materi, karena itu adalah bagian dari penipuan dan metode pembodohan bagi rakyat!

SAATNYA RAKYAT CERDAS BERPOLITIK
SAATNYA RAKYAT CERDAS SECARA INTELEKTUAL
SAATNYA RAKYAT MAKMUR DENGAN HASIL DAERAHNYA
SAATNYA RAKYAT MEMILIH DEWAN YANG CERDAS

SEKARANG ATAU TIDAK SAMA SEKALI!

dikutip dari http://hayatzainuni.blogspot.com

JANGAN PILIH CALEG BERMASALAH

Calon Anggota Legislatif Bermasalah Disorot

Demikian judul berita yang terdapat di koran tempo halaman A5. Koordinator Bidang Politik Indonesia Corruption Watch, Ibrahim Fahmi Badoh menyayangkan nama-nama Caleg yang diduga terlibat kasus korupsi.

Diantaranya :

  1. Partai Demokrasi Perjuangan
    1. Dudhi Makmun Murod ( Dapil Sumsel II, nomor urut 1) terlibat kasus aliran dana Bank Indonesia
    2. Daniel Budi Setiawan (Dapil Jawa tengah I, nomor urut 2) terlibat kasus aliran dana Bank Indonesia
    3. Emir Moeis (Dapil Kalimantan Timur, nomor urut 1) terlibat kasus travelered check paska pemilihan Miranda Gultom sebagai deputi Bank Indonesia
    4. Willem Maximilliaan Tutuarima (Dapil Jawa Tengah 1, nomor urut 6) terlibat kasus travelered check paska pemilihan Miranda Gultom sebagai deputi Bank Indonesia
    5. Tjahjo Kumolo (Jawa tengah I nomor urut 1) terlibat kasus travelered check paska pemilihan Miranda Gultom sebagai deputi Bank Indonesia
    6. Panda Nababan (sumatera utara I, nomor urut 1) terlibat kasus travelered check paska pemilihan Miranda Gultom sebagai deputi Bank Indonesia

  1. Partai Hanura
    1. Azadin (Dapil Banten II, nomor urut 1) Kasus calo pemondokan Haji.

  1. Partai Peduli Rakyat Nasional
    1. Oentarto Sindung Mawardi (Dapil Sulawesi Barat, nomor urut 1) Kasus pengadaan Mobil pemadam kebakaran

Walaupun begitu, anggota komisi Pemilihan Umum (KPU) Endang Sulastri mengakui lembaganya tak bisa mencoret calon legislator yang berstatus tersangka. “ harus ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, Katanya .

(dikutip dari koran tempo halaman A5)

Yang jadi masalah adalah tidak ada gunanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk mengajukan keberatan atas pencalonan, calon anggota legislatif tersebut, walaupun belum terbukti bersalah, rata-rata nama tersebut diatas pernah atau sedang dalam proses hukum masalah korupsi.

Bagaimana sikap kelompok Anti politisi busuk terhadap kondisi ini ?

Apakah hanya berdiam diri ?

Kalaupun seluruh data caleg yang sekitar 11 ribuan tersebut berkondisi seperti nama-nama diatas, dipastikan pencalonannya tidak akan gugur.

Sikap yang paling mudah bagi rakyat adalah jangan pilih partai yang tetap bersikeras untuk mengajukan calon anggota legislatif yang bermasalah. Biarkan partai-partai seperti itu terpuruk perolehan suaranya, sehingga pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat, merupakan awal tempat berasalnya seluruh produk undang-undang yang ada direpublik ini. Kalau yang menjadi anggota DPRnya berasal dari individu yang pernah terlibat kasus korupsi, kemungkinan besar, produk undang-undang yang akan dibuat akan menghambat perjuangan memberantas korupsi.

Karena para caleg tersebut diatas merupakan caleg nomor urut atas, kemungkinan besar akan terpilih menjadi anggota DPR.

Bagaimana hasil produk DPR, kalau profil anggota-anggotanya seperti itu

SAATNYA RAKYAT MEMILIH

Rakyat Memilih

Telah berlalu pemilu yang langsung memilukan

Ketika hasil hitungan cepat secepat rakyat dilupakan
Ketika televisi, radio dan koran jadi pedoman
Ketika sembako merubah pendirian

Tiba saatnya rakyat memilih

Kandidat pemimpin sejati bukan karena janji dan nyanyi-nyanyi.
Kandidat cerdas pemberani bukan cuma pintar instruksi
Kandidat yang tak berutang pada cukong dan elit-koalisi

Demi ekonomi tak berbiaya tinggi dan negeri jadi terpuji bukan tercaci
Demi rakyat yang butuh nasi ketimbang pidato demokrasi
Demi rakyat yang butuh pendidikan dan kesehatan murah ketimbang berita makro ekonomi
Demi rakyat yang butuh BBM turun ketimbang politisi wirawiri poles citra diri sambil korupsi…

(dikutip dari puisi Yon Hotman, penulis buku Panduan Sukses Kampanye Calon Presiden 2009)


Setelah mewawancarai banyak kandidat dari bermacam partai untuk bahan penulisan profil mereka, maka sudah banyak program, visi dan misi serta idealisme yang mereka sampaikan dan tawarkan demi kepentingan rakyat. Program-program yang unik dan atau sekadar beda memang sangat sulit untuk dibedakan, tapi setidaknya kita tahu bahwa para caleg Pemilu 2009 itu memang tampak harus siap dengan menjual kekayaan intelektual mereka dalam bentuk program untuk pemerintah demi kesejahteraan rakyat.

Dan pemilu yang sesungguhnya adalah menjual program dan visi misi sang kandidat, dan bukan lagi dengan gaya kampanye jadul (penulis lebih suka istilah ini dibandingkan dengan era orde baru atau orde lama, karena memang bukan ke sana maksudnya).

Kampanye jadul lebih mementingkan “bagaimana” mencari sponsor kampanye dari kalangan cukong yang akan membiayai kampanye mereka secara mahal. Karena ada aksioma di kalangan juru kampanye jadul, ‘semakin mahal satu kampanye maka semakin sukses menangguk perolehan suara’, walaupun artinya juga semakin mahal “hutang” yang harus dibayarkan kembali kepada para cukong kampanye yang “juga” tentunya punya kepentingan sendiri itu.

Gaya kampanye modern inilah, yang seharusnya dipakai dan diterapkan kepada semua kandidat, karena bukan saja mencerdaskan dirinya tapi juga rakyat yang akan menjadi konstituennya. Sedangkan rakyat kita yang semakin cerdas (walau tidak merata di semua wilayah) kini merespon dengan beragam cara saat melihat dan menemui kandidat yang sedang mengkampanyekan dirinya. Cara mengaktualisasikan diri para kandidat dalam berkampanye inilah yang menunjukkan tingkat selera, intelejensi dan gaya mereka secara langsung saat nanti mereka jadi anggota legislatif. Jadi bila rakyat yang memilih dominan dari kalangan segmen sosial tertentu, kandidat harus mendekati mereka sesuai dengan daya penerimaan dan pemahaman logika mereka juga situasi kondisi mereka.

Itulah sebabnya ketika, penulis membuat blogspot ini, demi menyediakan data lengkap dan rinci tentang para kandidat CALEG buat pemilu 2009, maka hanya kandidat yang ingin menjuju target konstituen pengguna internet aktiflah sebagai sasarannya, yang merespon baik saat kami hendak wawancarai, bahkan ada yang menghubungi kami via telepon. Mereka sadar bahwa hanya dengan menjual visi, misi dan program serta memperkenalkan jati diri mereka secara lengkap dan utuh sajalah maka rakyat atau konstituen akan memilih mereka.

Rakyat kecil dan lemah masih banyak di wilayah seluruh Indonesia. Jadi merekalah yang sebenarnya menjadi konstituen para kandidat calon wakil rakyat. Cara mengetahui aspirasi mereka adalah dengan berinteraksi langsung dengan lingkungan mereka. Sebuah partai yang baik, adalah sebuah partai yang mana para kadernya berusaha untuk berinteraksi dengan mereka dan memahami kebutuhan mereka kemudian berusaha untuk membantu meringankan masalah mereka, baik dengan memberikan bantuan darurat secara langsung, atau memberikan bantuan penyokong yang akan membuat mereka bisa kembali berdaya upaya mandiri.

Seorang kader partai yang baik dan aktif bahkan ada yang berusaha membantu para kaum lemah/rakyat kecil ini secara konsisten dan berkesinambungan, dengan mendirikan sebuah yayasan/lembaga sosial penyalur bantuan kebutuhan pokok kepada mereka. Bisa berupa pula bantuan finansial dalam bentuan kredit usaha pinjaman lunak (bahkan yang tanpa bunga sama sekali karena dibantu melalui Bank Syariah pengelolaan keuangannya).

Lalu bagaimanakah cetak birunya (blue-print) agar sistem dan mekanisme bantuan kepada rakyat kecilnya bisa diterapkan secara menyeluruh oleh mereka kader partai dan caleg pemilu agar mereka bisa membantu rakyat yang notabene adalah konstituen mereka itu di wilayahnya sendiri? Penulis mengira bahwa ini adalah satu hal yang berimbal balik (take and give) antara seorang calon wakil rakyat dan massa konstituennya. Namun sistem dan mekanisme saling memberi dan menerima ini tidak hanya terjadi saat menjelang kampanye saja.

Penulis mewawancarai banyak calon legislatif dan mencatatnya, bahwa kebanyakan dari para caleg itu memang mempunyai niat yang mulia yakni membela kepentingan rakyatnya di wilayah lingkungannya, namun ketika mereka ditanya apa yang akan mereka lakukan saat setelah duduk di kursi dewan jadi anggota dewan yang terhormat dalam waktu 100 hari pertama, maka akan tampak bagaimana dan seberapa siapnya mereka melakukannya. Buat mereka yang sudah mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan sosial (atau biasa disebut sebagai keshalehan sosial) tentu akan mudah untuk meningktkan apa yang biasa mereka lakukan saat mereka masih sebagai kader partai, namun buat mereka yang dicalonkan oleh partai namun tidak pernah aktif dalam kegiatan partai tentu ini tergantung daripada kegiatan keorganisasian apa yang biasa mereka lakukan selama hidup mereka. Apakah mereka benar-benar bisa membela kepentingan rakyat atau malah mereka nantinya akan lupa dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat bahkan malah memikirkan isi kantong perut mereka sendiri dan keluarga atau kelompoknya dengan memperkaya diri?

Bagaimana kiat para caleg inilah yang penulis amati selama wawancara dengan mereka dan penulis juga berusaha merekam kegiatan mereka sehari-hari selama ini sebelum mereka diminta partai mereka untuk menjadi anggota legislatif. Tentunya kami juga harus melakukan investigasi ke lingkungannya, dan hal ini tentulah bukan perkara mudah, penulis membutuhkan waktu yang sangat panjang dan akan menuliskannya serta melaporkannya secara bersambung dan berkelanjutan.

Saat mengamati seorang caleg seperti Ustadz Ahmad Syaikhu, seorang kader PKS yang sempat menjadi anggota dewan tahun 2004-2009 dan pernah pula menjadi kandidat Walikota Bekasi di pilkada 2008 lalu, penulis melihat kinerja sistematik dan berkelanjutan dalam caranya berinteraksi dengan massa konstituennya selama ia menjadi caleg, baik sebelum maupun sesudah kampanye yang ia lakukan selama ini. Syaikhu mendirikan sebuah lembaga penyalur zakat, infaq dan shodaqoh serta amal jariyah dalam LAZ TAMU. Lembaga Amal Zakat (LAZ) yang menampung semua donasi dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqoh dari kader-kader partai binaannya dia salurkan melalui Tabung Amanah Umat (TAMU) sebagai wadah penyaluran bantuan. Syaikhu membeli beberapa mobil ambulance yang bisa dipakai oleh mereka yang membutuhkan secara gratis ke seluruh daerah di wilayah kota Bekasi, juga untuk luar kota dan paling tidak mereka hanya membeli BBM dan uang lelah sopir ambulance yang dipinjamnya. Juga ia mebeli beberapa perangkat alat Fogging (Pengasapan) yang dilakukan gratis ke wilayah-wilayah di seluruh Kota Bekasi, baik diminta maupun tidak oleh warga setempat.

Syaikhu sepertinya mengetahui persis, bahwa bantuan langsung tunai dan natura juga baik untuk keadaan darurat atau mendesak bagi rakyat lemah. Baginya kaum dhuafa mungkin yang belum bisa berfikir panjang bagaimana keluar dari kemiskinan dengan mencari pekerjaan atau menciptakan pekerjaan, maka kebutuhan mereka ini akan bersifat darurat karena mereka masuk kategori faqir miskin, sekalipun ada yang di antara mereka enggan untuk meinta-minta seperti gembel pengemis. Oleh sebab itu ketika ia sering melakukan silaturrahim dengan kaum dhuafa namun masih mau bekerja keras, seperti para pengamen dan pedagang kaki lima atau pedagang kecil pasar tradisional. Ahmad Syaikhu pernah mengadakan acara berbuka puasa bersama menjelang akhir Ramadhan lalu, dengan para penyanyi/pengamen jalanan yang tergabung dalam organisasi KPJ Bekasi (Kelompok Penyanyi Jalanan), juga Simpatisan Anak Bangsa (SAB) sebuah ormas yang menampung para pedagang kecil dan kaki lima di wilayah Kota dan kabupaten Bekasi. Dan sepertinya lembaganya akan terus melakukan itu sekalipun Syaikhu akan berangkat menjadi Caleg DPRD I Jawa Barat, karena ia telah mempersiapkan kaderisasi penerusnya kepada sahabat dan binaannya di PKS untuk menggantikannya untuk DPRD II Kota Bekasi. Tampak di mata penulis, ia melakukan regenarasi dan peningkatan ke jenjang yang lebih tinggi baik untuk dirinya selaku kader dan caleg juga buat lembaga sosial yang dikelolanya melalui kinerja partainya secara berkelanjutan. Sungguh satu sistem yang lumayan ampuh berinteraksi dengan rakyat kebanyakan.

Ada pula yang dilakukan oleh seorang kandidat dari PAN wilayah Bekasi Timur, Thamrin Usman dengan memberikan bantuan Asuransi Kecelakaan kepada massa konstituennya. Asuransi yang pembayaran preminya itu ia tanggung, ia lakukan hal ni sudah berlangsung dalam dua tahun terakhir, semenjak ia duduk di dewan. Walaupun ia tidak melakukan kaderisasi dan regenerasi, Thamrin Usman berusaha untuk melakukan terobosan dengan meningkatkan kapasitas frekwensi pertemuannya dengan rakyat yang jadi konstituennya dengan membangun jaringan di setiap RW dan Kelurahan di Wilayah Bekasi Timur melalui program sosialisasi KUR yang sejatinya adalah program pemerintah pusat kepada bank-bank pemerintah, namun penerapan sosialisasinya kurang begitu kuat di wilayah Bekasi. Bila penggalakan program asuransi kecelakaan dia menggaet Bumida, maka sosialisasi KUR (Kredit Usaha Rakyat) dalam membantu rakyat konstituennya ia menghubungi BRI. BRI yang telah mencapai target 2500 nasabah penerima KUR sesuai anjuran pemerintah, bahkan kini meningkat jadi 3000 nasabah. Dari tangan Thamrin Usman sendiri, ada 20 orang nasabah yang telah mendapat bantuan KUR.

Bila kader PAN, Thamrin menggiatkan kesadaran asuransi melalui BUMIDA, maka kader partai Gerindra dari wilayah Bekasi Timur, Judhi Karmani, wanita mantan atlit nasional lompat tinggi dan jauh ini, mengembangkan jaringan asuransi Bumi Putera dengan bantuan jaringan organisasi RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) di wilayahnya. Sedangkan kader partai PAN, Yusrizal yang satu wilayah dengan seniornya, Thamrin Usman, melakukan kegiatan Fogging (pengasapan) ke beberapa wilayah RT dan RW di Bekasi Timur. Bagi Yusrizal kegiatan ini jauh lebih efektif dan mengena sasaran dibandingkan hanya sekadar memasang spanduk dan umbul-umbul semata di wilayah mereka. Rakyat melihat dan merasakan tindakan nyata para caleg yang sedang berlomba melakukan kebaikan sosial ini.

Seorang kandidat partai dari PSI (Partai Syarikat Indonesia) di wilayah Bekasi Timur, berusia sangat muda 24 tahun, bernama Bariklana, melihat apa yang dilakukan oleh para kandidat caleg itu sah-sah saja dilakukan. Dia sendiri telah mengamati bahwa di Bekasi, kaum lemah dan rakyat miskin, justru kebanyakan adalah mereka yang mempunyai pola pikir (mind set) yang salah. Secara kultur, mereka (orang-orang miskin dan rakyat lemah ini), sudah terbiasa untuk hidup menjadi karyawan pabrik. Dalam pengamatannya, mahasiswa lulusan terbaik UGM ini, mengatakan, bahwa kebanyakan yang menjadi orang miskin di Kota dan Kabupaten Bekasi adalah mereka yang tidak mau merubah kebiasaan kultur dari keluarga mereka. Bagi mereka yang tinggal tidak di dalam komplek perumahan wilayah Bekasi, mereka mempunyai kebiasan, tak perlulah bersekolah tinggi dan bagaimana berwirausaha. Keinginan entrepreunership warga miskin di Bekasi masih sangat rendah, untuk itulah, Bariklana, caleg no. 1 dari PSI ini akan menyumbangkan kelebihan intelektualisme dan cara pandangnya dengan menjadi caleg, dan akan melakukan perlindungan kepada rakyat lemah melalui wacana serta peraturan-peraturan yang akan dia sampaikannya di DPRD segala hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM di Kota Bekasi dengan berbasiskan usaha bernuansa kultur budaya Bekasi. Konkritnya ia mencontohkan, seperti orang Jogjakarta, dimana kebanyakan orang Jogja asli menjadi pedagang kerajinan asli Jogja dan bahkan mereka ada yang mampu menembus pasar nasional dengan usaha mereka itu. Seperti itulah ia inginkan buat warga Kota Bekasi ini, yang memang kebetulan tidak mempunyai kekayaan alam yang menunjang untuk PADnya. Dengan kurangnya sumber daya alam di bandungkan saudara tuanya Kabupaten Bekasi, maka diharapkan Kota Bekasi bisa ditingkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan meningkatkan kualitas hidup SDMnya. Bila bicara kualitas hidup, berarti bicara tentang kebiasaan (kultur) hidup masyarakat asli Bekasi. Siapapun dia, bila ingin membangun Kota Bekasi maka ia juga harus melakukan perubahan atau Hijrah. Itulah sebabnya mengapa para pendatang di kota Bekasi umunya jauh lebih berhasil bila dibandingkan mereka yang asli dan menetap di kota Bekasi jauh lebih lama, dan hal ini juga berlaku buat daerah lain pastinya.

Gaya hidup orang Bekasi yang mirip sekali dengan kultur orang Betawi ini, memang masih sedikit disikapi cermat oleh pemerintah dan juga para caleg. Sehingga sekalipun nanti pemilu telah lewan, pembangunan dan perubahan yang telah banyak dilakukan oleh para pemimpin daerah dan wakil rakyat tidak bisa mengangkat nama dan kemakmuran di kota Bekasi secara utuh dan efektif. Mungkin baru nama Kyai Nur Ali saja yang terungkap, ternyata Kota Bekasi mempunyai seorang pahlawan bertaraf nasional. Rupanya Bariklana berpendapat bahwa masih banyak warga Bekasi yang miskin, belum mengetahui akar budaya dan kelebihan potensi daerah yang bisa mengangkat hajat hidup orang banyak. Menurut Wawan, ayahanda Bariklana, yang juga Ketua DPC PSI Kota Bekasi, sepertinya bangsa kita juga belum optimal mengungkap sejarah tentang kota Bekasi. Kurang proporsional dan terbukanya penjelasan sejarah tentang peran kerajaan Tarumanagera, yang menurutnya adalah cikal bakal pemerintahan kuno Bekasi tidak dihitung penting dalam sejarah nasional bangsa kita. Yang sering didengungkan adalah kerajaan besar seperti Mataram, Majapahit dan Sriwijaya saja. Padahal dari kerajaan kecil macam Tarumanegara-lah akhirnya akan berujung dengan pemerintahan kuno Bekasi, kemudian peristiwa bersejarah kemerdekaan Republik ini pun dimulai di Rengasdengklok dan itu berarti Bekasilah daerahnya yang menjadi saksi sejarah penculikan bung Karno sehari sebelum peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Hal ini cuma dikenal dengan sajak Kerawang Bekasi-nya Chairil Anwar.

Menurut Bariklana, yang sangat penting bagi rakyat Bekasi untuk maju dan berubah menjadi lebih baik demi memajukan dan mensejahterakan Bekasi, yakni menekankan kepada pemerintah untuk membuat sebuah program peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan berbasis ketrampilan usaha kultural yang bisa membuat setiap warga Bekasi yang kebanyakan miskin menjadi lebih mandiri dan siap bersaing dengan siapapun di wilayahnya sendiri. Dengan niatnya menjadi caleg DPRD II Kota Bekasi ia akan bersumbangsih menggodok perda-perda yang berkaitan dengan perlindungan usaha berbasis budaya lokal Bekasi untuk menjadi primadona pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata dan pendidikan. Dia sadar betul, bahwa bantuan langsung tunai atau bantuan pemodalan buat usaha rakyat adalah sangat penting buat rakyat dalam hal urgensinya, namun jauh lebih penting lagi merubah mind-set (pola pikir) dan kebiasaan rakyat Bekasi yang semula hanya mau mengandalkan kekayaan tanah dari orangtuanya atau hany mau jadi pekerja pabrik atau berusaha menjadi tukang ojek semata dan tukang becak, untuk menjadi pengusaha yang bercirikan budaya lokal Bekasi. Tentunya ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan pastinya panjang. Apalagi kini Bekasi semakin hari semakin marak berdiri pusat perbelanjaan, yang berarti baik pemerintah maupun legislatifnya harus melihat ke dasar akar permasalahan Kota Bekasi, dengan kembali mengangkat SDM untuk lebih sadar atas keunikan budaya dan sejarah asli Bekasi agar lebih bisa bersaing dengan daerah lain dalam hal peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Bagi Bariklana, yang juga aktivis mahasiswa yang semapat sekampus dengan putra Amien Rais saat di UGM Jogja, hal ini tidaklah terdengar muluk bila semua pihak yang terkait bisa mengerti dan memahami dasar pemikiran untuk membuat langkah strategis perubahan pembangunan kota Bekasi secara menyeluruh.

dikutip dari globalbekasihotnews

Perlu Dibaca

Mengenai Saya

PILIH CALEG YG DIKENAL,LIHAT PROFIL CALEG, KEMAMPUAN CALEG DAN KELUARGA CALEG, baru tentukan pilihan